Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Terpikat Tanaman Ashibata

Senin, 25 Agustus 2025 | Agustus 25, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-26T05:54:33Z

 

Asibata: Inaq Rina, petani asal Sembalun, sedang memilih daun Ashibata di sebuah gazebo halaman rumahnya, Selasa (26/8)


INAQ RINA, terlihat fokus memilih satu persatu tanaman Ashibata yang dipetiknya. 


Sembalun, tidak akan indah tanpa tanaman pertanian. Mulai kebun kopinya, hamparan stroberi, bawang putih, hingga wortel. 


Hamparan tanaman petani menjadikan Sembalun semakin menarik dikunjungi. Hijaunya dedaunan enak dipandang.


Tak heran kemasyhuran Sembalun juga berkat tangan dingin para petani setempat. Bahkan, namanya dikenal di dunia.


Tapi, jarang yang tahu bahwa di wilayah yang dijuluki negeri atas awan itu ada petani tanaman Ashibata. Dulu pembudidaya tanaman seledri Jepang ini, hanya ada di Jawas saja.


Tumbuhan bernama latin Angelica Keiskei Koidzumi atau lebih dikenal dengan Angelica Keiskei ini, berasal dari Jepang. Dibawa ke Indonesia sekitar 2000 tahun yang lalu, awalnya untuk kepentingan penelitian. 


Tanaman ini pun hanya bisa tumbuh di daerah pegunungan. Termasuk salah satunya di wilayah Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.


Di Indonesia sendiri baru dilirik 


Dulunya Ashibata hanya dianggap benalu, tak ada yang meliriknya. Tapi sekitar tahun 2002 baru mulai dibudidayakan. Tanaman ini sendiri satu famili dengan wortel dan seledri, tak heran pertumbuhannya begitu cepat.


Inaq Rina, salah satu pembudidaya Ashibata di Sembalun menuturkan, dirinya sudah 20 tahun terakhir membudidayakan tanaman asal Jepang itu, mulai sekira 1996 tahun. 


"Awalnya saya hanya coba-coba saja," tutur Inaq Rina, Selasa 26 Agustus 2025. 


Dirinya memulai di lahan seluas 20 are, mengandalkan bibit lokal. Percobaannya itu membuahkan hasil, ternyata tanaman itu bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.


Selain mendatangkan rupiah, Ashibata juga memiliki banyak manfaat. Diantaranya antioksidan, anti inflamasi, dapat membantu mengatur kadar gula darah, mendukung kesehatan hati dan ginjal, meningkatkan sistem imun, serta memperlambat penuaan kulit. 


Sejumlah kandungan didalamnya seperti fitokimia dan nutrisinya seperti flavonoid, vitamin, dan serat. 


Setiap kali panen, Inaq Rina, bisa tembus lebih dari satu kuintal daun Ashitaba. Jika dijadikan bubuk per 10 kilogram daun bisa dapat 1 kilogram bubuk halus.


Jika sudah jadi bubuk berkisar Rp 150.000 per kilogram. Tak hanya itu, getah Ashitaba juga menjadi komoditas berharga. 


Dirinya bisa memanen 3 hingga 4 botol getah setiap kali panen, dengan harga jual mencapai Rp 350.000 per botol isi 600 meli.


"Getahnya lebih bagus jika dipanen pada sore hari," bebernya. 


Pemasaran seledri Jepang itu tidak pernah surut. Setiap minggunya, selalu ada saja pembeli datang langsung ke lahannya. 


Peluang pasar hasil panennya pun cukup menjanjikan. Dirinya sudah merambah hingga mancanegara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.


Dari jerih payahnya itu Inaq Rina, kini bisa mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp 4 juta per bulan.


"Cukup bisa membiayai anak saya sekolah dan kuliah," terangnya.


Dibalik kesuksesannya, terselip harapan besar dukungan dari pemerintah, baik daerah maupun pusat.


Sebab kata dia, prospek tanaman ini sangat menjanjikan, tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk masyarakat Sembalun secara umum.


"Saya sangat berharap ada dukungan dari pemerintah agar budidaya Ashitaba bisa lebih berkembang dan dikenal luas," harapnya.

×
Berita Terbaru Update