![]() |
Terima SK: Hamdiah menerima SK PPPK, setelah lolos seleksi tahun 2024 di halaman Kantor Bupati Lombok Timur, Rabu (30/04) |
SELONG - Rintik pagi itu, mengiringi pergeseran waktu. Membawa berkah untuk bumi beserta isinya.
Pagi itu, Hamdiah, tetap menjalankan tugasnya sebagai tukang sapu. Tetap dengan peralatan yang biasa digunakan.
Sebagai tenaga honorer di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Lombok Timur, seperti biasanya ibu empat anak ini, bekerja di pagi dan sore hari. Membersihkan jalan sepanjang 1 kilo meter di jantung kota Pancor.
Seusai bekerja, dirinya bergegas mengganti pakaian. Setelan atas hitam, bawahan putih.
Rabu, 30 April 2025, nampaknya menjadi hari yang spesial baginya. Hari dimana yang akan dikenang seumur hidupnya.
Dari 1.417 orang yang dinyatakan lulus seleksi Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahun 2024. Salah satunya adalah Hamdiah.
Tak heran dia nampak sumringah. Menutup keriput diwajahnya.
Sebelum pukul 06.30, Hamdiah, sudah sampai kantor Bupati Lombok Timur. Di lokasi itu, ia disambut petugas, bak pengantin baru.
Sesekali dia nampak tergopoh-gopoh, mencari barisannya. Beruntung ada petugas yang sigap menyelesaikan kebingungannya.
Bupati Lombok Timur, dengan gaya khasnya, tiba di panggung utama. Kacamata hitam, dengan baju berwarna putih bertulis Iron Edwin.
Sekira pukul 06.30 acara pun di mulai. Peserta, petugas, dan penyaksi mengikuti acara dengan khidmat.
Ditemui usai acara, salah seorang penerima SK PPPK, Hamidah, mengaku bersyukur atas pengabdiannya selama 25 tahun di Dinas DLHK Kabupaten Lombok Timur.
"Saya penyapu jalan, tugas saya di Pancor jalan Pejanggik," tutur Hamidah, Rabu (30/04).
Pria 50 tahun itu menceritakan, telah mengikuti seleksi sejak 2013 lalu. Jika di hitung dirinya sudah ikut tes sebanyak 3 sampai 4 kali.
Gagal di setiap seleksi yang diikuti, dirinya mencoba peruntungan dengan mengikuti tes CPNS. Tapi dewi fortuna belum berpihak padanya.
Meski kuat kali gagal, dirinya memilih tak menyerah.
Tahun 2024, seleksi kembali digelar. Tapi yang berbeda ialah usia semakin bertambah.
Di samping itu, pertarungan semakin sengit. Dirinya harus melawan anak-anak yang otaknya masih segar, juga faham teknologi.
Seketika, kondisi itu membuatnya minder. Ditambah lagi ijazahnya yang hanya paket B. Semakin menggerus kepercayaan dirinya.
Sesaat dia berfikir, peluang lolos sangat lah kecil. Sebab dirinya yang sudah ketinggalan jauh.
Satu-satunya jalan ucapnya, dengan memacu diri. Dengan belajar lebih giat, baik di rumah dan dari orang-orang di kantor tempatnya bekerja.
Seperti belajar mengoperasikan komputer, hingga materi-materi ujian. Untuk itu bahkan dirinya rela tidak tidur malam hari.
"Saya belajar dari buku tes PPPK anak saya di rumah. Ternyata materinya banyak yang keluar," ucapnya.
Usahanya ternyata membuahkan hasil. Dia dinyatakan lolos saat seleksi tahun 2024.
Dia mengatakan, bagaimana tidak bersyukur, ia lolos saat biaya sekolah ketiga anaknya menanti. Dalam tahun yang sama masuk di jenjang SD, SMP, dan SMA.
Dirinya mulai bekerja sejak tahu 1999. Meski satu tahun selama tak mendapatkan gaji.
Baru di tahun 2000 ada sedikit penghasilan kendati hanya Rp 75 ribu. Kondisi ia rasakan hingga tahun 2020.
Seiring waktu, tepatnya tahun 2021, Hamidah, mendapatkan SK dari Dinas LHK, sebagai honorer. Barulah penghasilan meningkat dari Rp 75 ribu menjadi Rp 1,2 juta perbulannya.
"Itu pun di rapel 4 sampai 5 bulan," ucapnya.
Dengan nada seloroh dia mengatakan, dirinya sdah mengabdi setengah dari umurnya. Aktivitas menyapu jalan dimulai dari sehabis subuh, sekira 06.00.
Sekarang dirinya harus membersihkan jalan dua kali yakni pagi dan sore. Per orangnya sepanjang 1 kilo meter.
"Sekarang kan istilahnya penuh waktu, jadi kerjanya pagi dan sore," ucap ibu empat anak ini.