![]() |
Ritual: Masyarakat Desa Songak sedang menggelar ritual Bubur Putiq di Masigid Bengan Songak, (7/7). |
SELONG - Nabi Nuh, membuat kapal besar diatas bukit. Perbuatannya sontak membuat orang-orang mencemooh, bahkan ada yang menyebutnya gila.
Tapi, kapal berukuran raksasa itu yang kelak akan menyelamatkan mereka dari terjangan banjir yang terbesar dalam sejarah kehidupan manusia.
Benar saja, banjir datang. Sebagian dari umatnya bergegas naik ke kapal itu. Kapal raksasa itu tak hanya mengangkut manusia tapi juga berisi binatang ternak hingga logistik lainnya.
Tapi anak dan istrinya justeru menolak. Buntutnya, mereka tak terselamatkan dari bencana tersebut.
Selama berlayar, Nabi Nuh, memerintahkan kepada salah seorang umatnya untuk membuat makanan berbahan umbi-umbian, yang menyerupai bubur. Hal ini dilakukan agar tercukupi untuk semua penumpang.
Sejarah inilah nampaknya yang diadopsi oleh masyarakat suku sasak. Setiap bulan Muharam tiba, warga akan membuat bubur yang dijuluki Bubur Putiq.
"Ritual ini bukan berbentuk aksidental, namun merupakan manifestasi dari kalam Allah," kata Ketua Lembaga Adat Daramajagd Desa Songak, Rof'il Khairuddin, Minggu (13/7).
Lantaran menurutnya penting untuk mengetahui sejarah. Baik ontologi dan aksiologi.
Pertama kali membuat bubur adalah nabi Nuh. Yang kemudian turun ketiga anaknya yakni Syam, Hafiz, dan Yafiz.
Nabi Nuh AS, pertama kali membuat bubur saat bulan Muharam. Diatas kapal saat banjir menimpa kaumnya.
Sebelum banjir, Nuh AS, waktu itu dianggap gila karena membuat perahu diatas bukit kejadian itu juga disebut-sebut terjadi pada bulan Muharam.
Pengetahuan tersebut turun melalui Syam, dalam bahasa Ibrani disebut shaum. Dia memiliki pengetahuan tasawuf yang mendalam.
Dalam sejarah itu salah satu baka dari Nuh AS dan istrinya tak bisa selamat dalam peristiwa yang terekam dalam Alquran tersebut.
Rofil menuturkan, nabi pada waktu itu memanggil perempuan tua yang bernama Silsila, dalam bahasa ibrani disebut dengan syiella. Perempuan ini disebutnya menjadi dedengkot bangsa Ibrani.
"Bahannya dari gandung dan beberapa umbi-umbian pada waktu itu," ucapnya.
Setelah itu tradisi pembuatan bubur ini turun ke Nabi Ibrahim AS, berikut ke anak-anaknya yakni
Ismail, Israil, dan Yakub.
Kisah lainnya ialah selamatnya Nabi Ibrahim Alaihis Salam dari siksa Namrud, berupa api yang membakar, Nabi Yusuf Alaihis Salam dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah, serta Nabi Yunus Alaihis Salam yang selamat, keluar dari perut ikan hiu.
Lalu sampai lah kepada Nabi Muhamad SAW. Pada musim musim paceklik, saat peperangan Yunani dan Rusia, bubur ini menjadi salah satu menu makanan yang disediakan pagi para pejuang.
Nabi pada saat musim paceklik memanggil beberapa kabilah untuk mengeluarkan beras, kedelai, hingga umbian-umbian.
Tradisi ini lalu dibawa ke nusantara oleh Syekh Subakir As Syiah atau Ibrahim Jumadil Qubro. Barulah sampai ke Songak dan beberapa titik di Lombok yang memliki penduduk islam sekira abad ke 14 hingga 16.
"Bulan Muharam merupakan salah satu daru empat bulan utama yang disebutkan dalam hadist nabi," ucapnya.
Selain itu, menurut jumhur ulama ruh Nabi Muhammad SAW, ditiupkan saat bulan Muharam.
Muharam juga dilarang membicarakan orang. Pada bulan ini pula masjid Kuno Songak di dirikan menurut penanggalan saka 1000 tahun yang lewat.
"Tanggal saka itu bisa dilihat pada soko guru dan sampai dengan puncak di masigid bengan Songak," ucapnya.
Dia menerangkan di Songak sendiri, pelaksanaan ritual ini sebagai pengingat penciptaan manusia masih dalam bentuk air mani.
Air mani sendiri terbentuk dari serat makanan. Salah satunya umbi-umbian.
Penciptaan ini penting diingat, agar manusia tak bersifat sombong. Karena diciptakan dalam air yang hina.
Bagi warga Songak, terangnya, ritual ini berdasarkan firman Allah dalam Al quran, surat At Thariq yang memerintahkan manusia untuk merenungi asal muasalnya yang tercipta dari setetes air mani.
"Dalam Alquran disebutkan itu soal penciptaan manusia," terangnya.
Bubur putiq ini sendiri dibuat berbahan tepung, biji-bijian dan umbi-umbian.
Namun saat ini, lantaran keduanya sudah menipis maka kedua jenis bahan itu hanya menjadi syarat dan dicampur dengan tepung beras.
"Ini semua dilaksanakan agar kita tidak sombong, menjadi tuhan kecil di dunia," ucapnya. (ces/r1).